Friday

Ksatria Malam : proloque

Proloque

Death!
death is inevitable thing for everyone ... so why worried?
just rejoice and be prepared, so you can welcome death with a smile.

--------------------------------

Tok-tok-tok
Suara ketukan di pintu kamar ku mengagetkan aku dari lamunan. Padahal aku sedang melamun menjadi pangeran Rasley yang dicintai mati-matian oleh Meara, putri kerajaan Dun, nan cantik jelita. Meara tengah berjanji menungguku selama apapun pergi. Dia melingkarkan lengannya yang halus dan lembut kesekeliling leherku. Matanya yang sendu setengah tertutup, mengharapkan ciuman, dan Aku malah harus terbangun gara-gara ketukan di pintu kamarku. Sialan….

“ Iya iyaaa..Sebentar….”
Kuseret kakiku menuju pintu kamar. Kuncinya agak macet, sehingga aku butuh beberapa detik untuk memutar anak kuncinya sampai bunyi berdecik muncul, tanda pintu sudah bisa kubuka. Suara berdecit lagi-lagi muncul saat kutarik pegangan pintu. Engsel-engsel tua kamarku pun sudah menjerit kepayahan rupanya.

Diluar tak ada siapa-siapa. Kulongok ke lorong di depan kamarku, tak ada siapa-siapa.
“Sialan.. jam segini masih aja main-main…”. Dengan kasar kubanting pintu dan kuputar anak kuncinya. Tepat saat bunyi berdecik itu muncul, suara ketukan keras dan berulang-ulang itu muncul lagi. Tapi kali ini dari arah jendela luar.
Tok-tok-tok- tok-tok-tok

Kubuka jendela dan tak kulihat siapapun. Menyebalkan! Tapi juga mengherankan, karena jendela kamar ku ada di lantai dua dan tak ada pijakan apapun ke tanah. Kukunci jendelaku perlahan sambil berpikir. Siapa yang bermain-main denganku ya? Rasanya penasaran, tapi aku tak mau ambil pusing. Kubuka lagi buku cerita yang menjadi sumber lamunanku tadi. Buku cerita remaja berjudul Putri Meara dan Ksatria Malam. Kurapikan lagi bantal-bantalku, mencari posisi berbaring yang enak lalu bersiap-siap melamun lagi menjadi sang ksatria malam.

Tok-tok-tok
Suara itu muncul lagi. Kali ini di jendela luar yang satu lagi. Aku tak mau terburu-buru membuka jendela. Kalau kubiarkan saja mungkin dia tahu bahwa aku tak suka dipermainkan. Dan benar, suara itu tak terdengar lagi. Aku tarik nafas panjang dan menyandarkan diri. Ku mulai lamunanku dengan membayangkan wajah putri Meara yang cantik jelita. Rambutnya yang tergerai panjang berwarna coklat tembaga, wajahnya gabungan Dian Sastro dan Alissa Subandono, tentunya dengan mata Megan Fox. Bibirnya … merah merekah seperti Angelina Jolie… bibir itu membuka separuh dan mendekati bibirku, ketika....

Tok-tok-tok
Kali ini kembali dari arah jendela sebelah kiri. Seperti orang mengetuk kusen jendela dengan logam. Kali ini aku tak tahan lagi. Aku berlari ke jendela dan membukanya cepat-cepat. Selebar mungkin. Diluar hanya tampak langit gelap dihiasi sedikit bintang. Dedaunan hanya sedikit bergoyang oleh angin yang malas. Tak ada apapun yang terlihat olehku.

“ Siapa itu? ..”
Tak ada yang menjawab pertanyaanku. Hanya mendadak suara belalang yang sebelumnye terdengar nyaring, terhenti. Tak ada siapapun diluar.
“ Jangan main-main… saya tak mau main-main. Ini sudah malam, saya harus istirahat!”
Aku tengok ke bawah, mencoba melihat apakah ada anak-anak yang iseng bersembunyi setelah melempari jendelaku dengan batu. Mata ku tak menemukan apapun. Semua gelap dan tenang. Tiba-tiba aku jadi emosi.
“ Hey… pengecut! Jangan cuma berani mengganggu..
kalau berani langsung saja datang ke kamarku!... jangan cuma berani ketak ketok…”
Mendadak semilir angin dingin seperti menjawab teriakanku dan menabrak wajahku. Bulu tengkukku meremang. Angin itu dingin sekali, seperti air es yang mendadak diteteskan ke kulitku. Buru-buru ku tutup jendela.

Aku masih menggigil ketika menuju tempat tidurku. Kunyalakan lagi komputerku. Nafsu bacaku sudah hilang, begitu juga keinginan untuk melamun. Saatnya mengerjakan tugas-tugas kuliah yang masih menumpuk untuk besok. Kurapikan sedikit bantal-bantal dan tempat tidur. Kucari buku ceritaku, tapi tampaknya aku lupa meletakkannya dimana. Seingatku tadi kuletakkan di samping bantal dudukku, tapi sekarang tidak ada.
Wah, gawat juga. Kalau sampai terselip dan ditemukan teman-temanku bisa malu nanti. Masak Gunawan yang ketua senat bacaannya buku remaja murahan macam itu. Bisa jatuh gengsi aku…
Kukelilingkan pandangan ke tempat aku melamun tadi, tak ada. Atau mungkin di tepi jendela yang kubuka? Tak ada juga. Dimana ya…

Kucoba mencari di sekelilingku. Dan saat itulah kulihat seorang wanita bersandar di pojok lemari pakaianku sambil membaca sebuah buku. Buku yang aku cari-cari. Wanita itu tersenyum padaku, dan hanya ada satu kata yang terlintas di kepalaku;

“ Meara … ”

0 Comments:

Post a Comment

<< Home